Jumat, 29 Januari 2010

PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SMP KELAS VIII
Abstrak.
DSR. SUDARSO M.Pd
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Jika dicermati dari pesan yang tersurat pada standar isi pencapaian kompetensi untuk matapelajaran penjasorkes, sesungguhnya pembelajaran yang diinginkan adalah pembelajaran Contextual teaching and Learning (CTL). CTL merupakan suatu sistem instruksional yang dikembangkan berdasarkan suatu premis bahwa makna muncul dari hubungan antara konten dan konteksnya. CTL dirancang untuk membantu seluruh siswa belajar. CTL melibatkan siswa dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang membantu mereka menghubungkan kajian-kajian akademik dengan situasi kehidupan nyata mereka, penemuan makan merupakan ide sentral dari CTL. Karena otak secara terus menerus mencari makna dan menyerap makna tersebut, mengajar seharusnya melibatkan siswa dalam suatu pencarian makna.
Gerakan pembaharuan tersebut menyampaikan pesan yang menekankan pada (1) menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, (2) mempelajari konsep-konsep abstrak dengan melakukan aktivitas-aktivitas praktis, dan (3) menghubungkan pelajaran sekolah dengan dunia nyata. Penekanan tersebut menghimbau untuk mengkaitkan kajian akademik dengan dunia nyata. ”Teaching should be offered in context. ’Learning in order to know’ should not be separated from’learning in order to do’ ” Mengacu pada ”Context” ini, diturunkanlah istilah Contextual learning. Keterampilan-keterampilan dasar harus dipelajari. Keterampilan-keterampilan ini mencakup membaca, menulis, matematika, berbicara, mendengar, menalar, berfikir kreatif, membuat keputusan, dan pemecahan masalah. Aktivitas-aktivitas bermakna seperti mempersiapkan proyek, memecahkan masalah dunia nyata, melakukan interviu, membuat grafik dan merancang presentasi multimedia menempatkan siswa dalam suatu lingkungan belajar yang kaya yang memiliki potensi untuk menarik sebagian besar atau seluruh indera, memicu berbagai gaya belajar, dan menumbuhkan banyak minat.
Sementara itu kebutuhan di lapangan dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan bahwa guru harus dapat mengembangkan suatu pembelajaran bermakna yang dapat mengaktifkan siswa serta membawa siswa untuk berfikir berdasarkan konteks lingkungan siswa.
Pada Tahun 2007 Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama mengembangkan perangkat pembelajaran penjasorkes untuk memfasilitasi guru agar dapat dipergunakan sebagai contoh di sekolah. Perangkat Upaya Direktoral tersebut perlu ditindak lanjuti dengan mengembangkan beberapa contoh perangkat yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan berikut ini:
Bagaimanakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran contoh untuk jenjang pendidikan SMP ?





















TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Konstruktivis
Pengembangan perangkat ini juga menerapkan beberapa ide pendekatan konstruktivis. Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygostky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanannya pada hakekat sosial dari pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa belajar melaui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Slavin, 1997). Penelitian ini juga akan menerapkan ide-ide pembelajaran kooperatif berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dengan kata lain, penelitian ini juga menyadari pentingnya Social Skills.
Prinsip kunci kedua yang diterapkan dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah ide bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah perkembangan terdekat atau zone of proximal development mereka. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Tingkat perkembangan saat ini tidak lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasarat yang terkait dengan konsep yang akan dipelajari. Apabila pengetahuan prasarat itu telah dikuasai, maka kemungkinan sekali akan terjadi pembelajaran bermakna atau meaningful learning. Tetapi apabila pengetahuan prasarat itu belum dikuasai, maka siswa akan gagal, paling-paling terjadi pembelajaran hafalan. Diduga kegagalan pembelajaran kemungkinan besar disebabkan mereka belum menguasai pengetahuan prasarat itu. Dan tampaknya kegagalan untuk mata pelajaran MIPA itu terus terakumulasi mulai dari SD, SMP,SMU, dan bahkan sampai perguruan tinggi. Penelitian ini menuntaskan pengetahuan prasarat itu terlebih dahulu.





B. Contextual teaching and Learning
Contextual teaching and Learning (CTL) merupakan suatu sistem instruksional yang dikembangkan berdasarkan suatu premis bahwa makna muncul dari hubungan antara konten dan konteksnya. CTL dirancang untuk membantu seluruh siswa belajar. CTL melibatkan siswa dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang membantu mereka menghubungkan kajian-kajian akademik dengan situasi kehidupan nyata mereka, penemuan makan merupakan ide sentral dari CTL. Karena otak secara terus menerus mencari makna dan menyerap makna tersebut, mengajar seharusnya melibatkan siswa dalam suatu pencarian makna.
Gerakan pembaharuan tersebut menyampaikan pesan yang menekankan pada (1) menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, (2) mempelajari konsep-konsep abstrak dengan melakukan aktivitas-aktivitas praktis, dan (3) menghubungkan pelajaran sekolah dengan dunia nyata. Penekanan tersebut menghimbau untuk mengkaitkan kajian akademik dengan dunia nyata. ”Teaching should be offered in context. ’Learning in order to know’ should not be separated from’learning in order to do’ ” Mengacu pada ”Context” ini, diturunkanlah istilah Contextual learning. Keterampilan-keterampilan dasar harus dipelajari. Keterampilan-keterampilan ini mencakup membaca, menulis, matematika, berbicara, mendengar, menalar, berfikir kreatif, membuat keputusan, dan pemecahan masalah. Aktivitas-aktivitas bermakna seperti mempersiapkan proyek, memecahkan masalah dunia nyata, melakukan interviu, membuat grafik dan merancang presentasi multimedia menempatkan siswa dalam suatu lingkungan belajar yang kaya yang memiliki potensi untuk menarik sebagian besar atau seluruh indera, memicu berbagai gaya belajar, dan menumbuhkan banyak minat.
Sistem CTL terdiri dari delapan komponen,yakni (1) membuat hubungan bermakna: Hubungan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata, (2) melakukan kerja bermakna:Kerja yang memiliki satu tujuan, berarti bagi orang lain, dan menghasilkan suatu karya yang berwujud nyata atau tidak nyata, (3) Pembelajaran secara mandiri (Self-Regulated Learning): Menjadi pebelajar mandiri dan aktif yang mengembangkan minat individual, bekerja sendiri atau dalam kelompok, (4) Berkolaborasi: membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, memahami bagaimana menaruh kasih sayang kepada orang lain, berkomunikasi dengan orang lain.(5) berfikir secara kritis dan kreatif: menggunakan berfikir tingkat tinggi, kreatif, dan kritis.(6) mengasuh individu: mengerti, menaruh perhatian besar dan harapan pada anak, memotivasi dan mendorong tiap siswa, siswa menghormati teman sebaya dan orang dewasa, (7) mencapai standar tinggi: Mengidentifikasi tujuan-tujuan yang memerlukan perhatian dan kemampuan dan memotivasi siswa untuk mencapai tujuan, (8) menggunakan asesmen autentik: Meminta siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam suatu konteks kehidupan nyata.
Definisi CTL atas ”Self-Regulated Learning” erat melekat pada arti ungkapan sebagian siswa mengatur diri mereka sendiri. Mereka membuat keputusan mereka sendiri dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.Mereka mengatur dan menyesuaikan tindakan-tindakan mereka sendiri dalam hubungannya dengan suatu tujuan yang berguna. Tindakan bebas ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sedemikian rupa hingga menghasilkan karya yang berarti. Self-Regulated Learning mensyaratkan siswa memiliki sejumlah pengetahuan dan keterampilan spesifik, yaitu melakukan kegiatan hands-on, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan-pilihan bebas,berfikir secara kritis dan kreatif, memiliki kesadaran diri, dan dapat bekerja sama.
Dalam penerapan di kelas, pembelajaran CTL menerapkan tujuh prinsip dasar yaitu,
a. Penemuan (Inquiry)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep.
b. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.
c. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pegetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Proses pembelajaran terjadi dalam situasi dimana sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagi pengalaman diantara mereka. Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, bagi siswa jauh lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli pada lingkungannya.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dua kelompok/lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1) Dalam pendekatan CTL, kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan selalu dari hasil. Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian dalam CTL menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Penilaian ini juga mempersyaratkan penerapan pengetahuan/keterampilan.
f. Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya, siswa mencatat butir-butir materi yang dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.
g. Pemodelan (Modelling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode/teknik. Kondisi yang seperti ini banyak memberikan manfaat. Guru dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (think alloud). Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan mendemonstrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.
C. Perangkat Pembelajaran
1. Silabus
Silabus merupakan garis besar, ringkasan, ikhtisar, pokok-pokok isi materi/ materi pembelajaran (Dokumen Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 37). Silabus yang baik harus memenuhi prinsip pengembangan silabus antara lain: ilmiah, relevan, fleksibel, kontinue, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, efektif, dan efisien (Puskur dalam Mulyasa, 2006: 191).
Selain silabus juga harus memuat unsur antara lain: Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/ Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Strategi Pembelajaran (Tatap Muka dan Pengalaman Belajar), Alokasi Waktu, Sumber Bahan/ Alat, dan Standar Penilaian. (Dokumen Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 39).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mempunyai fungsi perencanaan yaitu sebagai persiapan tertulis bagi guru setiap akan melakukan pembelajaran, dan fungsi pelaksanaan yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik harus memenuhi prinsip pengembangan RPP, antara lain: sederhana, utuh dan menyeluruh, kompetensi yang dirumuskan jelas, kegiatan yang disusun dan dikembangkan menunjang dan sesuai kompetensi dasar, dan terdapat koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah (Puskur dalam Mulyasa, 2006: 219).
Selain itu RPP harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : Mata Pelajaran, Kelas/ Semester, Alokasi Waktu, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Pendahuluan (Motivasi, apersepsi, menyampaiakn tujuan pembelajaran, dst), Kegiatan Inti (Fokus pada siswa, alur kegiata rinci, metode, strategi serta pendekatan bersifat variatif), penutup (refleksi, kesimpulan pengayaan atau pekerjaan rumah), Metode Pembelajaran, Alat dan Sumber/ Bahan, dan Penilaian (Dokumen Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 43).
a. Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kuncinya
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus diselesaikan oleh siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan sarana kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pendekatan keterampilan proses sehingga siswa lebih kreatif dan lebih mandiri. Agar lebih memperingan guru, maka LKS yang baik juga disertakan dengan kunci jawaban.
Dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) hendaknya memenuhi beberapa komponen, yaitu: topik yang dibahas, waktu yang tersedia, kompetensi dasar, indikator hasil belajar, rangkaian materi, alat dan bahan pelajaran yang digunakan, prosedur kegiatan, dan pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan setelah melaksanakan kegiatan.
b. Buku Siswa
Buku siswa merupakan buku yang digunakan oleh siswa sebagai acuan untuk bidang studi tertentu, atau sebagai buku pegangan suatu pelajaran.
Menurut Marlix (2005) buku siswa mempunyai fungsi, antara lain:
1) Sebagai sumber belajar pokok yang harus dipelajari oleh setiap peserta didik sebelum atau sesudah mengikuti penjelasan dari guru serta melakukan kegiatan-kegiatan belajar lainnya,
2) Sebagai uraian dan penjelasan tentang pokok-pokok bahasan utama dari kurikulum yang berlaku agar dapat dipahami, dihayati, dikuasai, dan atau ditetapkan oleh peserta didik.
Supaya buku teks berkualitas tinggi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk pengembangan buku siswa (Nur, 2002) antara lain:
1) Materi
a. Kebenaran konten (fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan proses ilmiah);
b. Memperhatikan keterakitan sains, teknologi dan masyarakat;
c. Sistematis, sesuai struktur kurikulum.

2) Kebahasaan
a. Keterbacaan bahasa atau bahasa yang digunakan sesuai dengan usia siswa;
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar;
c. Istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami;
d. Menggunakan istilah dan simbol secara ajeg.

3) Penyajian
a. Membangkitkan motivasi/ minat/ rasa ingin tahu;
b. Format buku (ukuran, kualitas seni grafik dan gambar, dll);
c. Mendorong siswa terlibat aktif;
d. Sistematika isi buku (tata letak);
e. Memperhatikan siswa dengan kemampuan/ gaya belajar yang berbeda;
f. Sesuai dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca siswa.

c. Lembar evaluasi hasil belajar siswa beserta kuncinya.
Tes diberikan dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar biologi siswa setelah berlangsung serangkaian kegiatan belajar-mengajar. Lembar evaluasi hasil belajar siswa dijabarkan beserta kuncinya dalam kisi-kisi soal. Soal-soal yang dibuat mengacu pada taxonomi Bloom.
e. Media Audiovisual
Penggunaan alat bantu jenis audiovisual dalam proses belajar mengajar mendekati realitas. Lebih banyak sifat bahan audio visual yang menyerupai realisasi, makin mudah terjadi belajar. Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;
2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;
3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar;
4. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai;
5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
D. Pengembangan Perangkat Model 4-D
Macam-macam model pengembangan perangkat, diantaranya yaitu model 4-D, Kemp, dan model Dick-Carey (Niken, 2005).
Pada penelitian ini model perangkat yang digunakan mengadopsi model 4-D (four D- models) yang disarankan oleh Thiagrajan, Semmel dan Semmel (1974). Model 4-D terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran)
1. Define (Pendefinisian).
Tujuan dari tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap ini dilaksanakan dengan melakukan analisis tujuan dalam batasan materi pelajaran yang akan dikembangkan perangkatnya. Ada 5 langkah pokok di dalam tahap ini, meliputi Front-End analysis (analisis kurikulum dan analisis kebutuhan masa depan), analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan indikator serta tujuan pembelajaran.
2. Design (Perancangan)
Pada tahap ini dilakukan perancangan prototipe perangkat pembelajaran. Hasil dari tahap ini biasanya berupa rancangan awal perangkat. Komponen-komponen perangkat pembelajaran antara lain berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Selain itu peneliti juga mengembangkan Lembar Evaluasi hasil belajar siswa
3. Develop (Pengembangan)
Pada tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan para pakar. Langkah berikutnya adalah uji coba terbatas dengan sejumlah siswa dalam suatu kelas.
4. Disseminate (Penyebaran)
Tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tujuan tahap ini juga untuk menguji kelayakan penggunaan perangkat di dalam kegiatan belajar mengajar.
E. Kerangka Berfikir
Pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Sebagai salah satu persiapan dalam percepatan pencanangan Millenium Development Goals yang menuntut pendidikan harus dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup standar isi dan standar kompetensi lulusan. membuat sekolah mempunyai otonomi untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian sekolah harus menyusun sendiri indikator pembelajaran. Sekolah harus membuat perencanaan proses pembelajaran yang sesuai. Oleh sebab itu guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan perencanaan dan proses pembelajaran dengan kreatif mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran sebelum mengajar di depan kelas.
Kenyataan di lapangan guru masih perlu diberikan contoh-contoh pengembangan perangkat pembelajaran agar dalam pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat dilakukan dengan benar, terencana, dan memberikan kemudahan, pilihan, atau membantu dalam mewujudkan kemampuan-kemampuan mengajar sesuai dengan tuntutan yang ada di lapangan pada saat ini.































BAB III
TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan beberapa contoh perangkat pembelajaran di SMP. Perangkat ini diharapkan dapat membantu guru dalam melibatkan siswa sesuai dengan kompetensi yang dituntut dalam standar isi terutama tentang Standar Kompetensi.

B. Manfaat Penelitian
Dengan berhasilnya pengembangan perangkat ini, diharapkan akan diperoleh suatu model perangkat pembelajaran berdasarkan standar isi yang potensial untuk didesiminasikan penerapannya di lapangan.

















BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan Four-D Model (Thiagarajan dkk., 1974), untuk pengembangan perangkat pembelajaran.

B. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini meliputi: Perangkat pembelajaran SMP Kelas VIII, guru dan siswa SMPN 3 Surabaya.

C. Definisi Operasional
Penelitian memuat definisi operasional berikut ini:
Perangkat Pembelajaran
Bahan yang digunakan sebagai proses belajar mengajar di SMP kelas VIII untuk Standar Kompetensi : Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Terdiri atas Buku Siswa, Silabus dan RPP.

D. Prosedur Penelitian
Secara prinsip langkah pengembangan perangkat pembelajaran ini menerapkan empat tahap pengembangan yaitu tahap pendifinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan pendisiminasian (dessiminate). Pada Penelitian ini tidak sampai pada tahap pendesiminasian. Model 4-D dapat digambarkan pada bagan berikut ini.








































Tahap pendifinisian adalah tahap menentukan dan mendefinisikan kebutuhan pengajaran. Tahap ini pada dasarnya adalah analisis. Melalui suatu rangkaian kegiatan analisis, yang diawali dengan analisis kurikulum SMP, tahap ini diakhiri dengan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran. Tahap pendefinisian ini seluruhnya terdiri dari lima langkah, yaitu front-end analysis, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan pembelajaran khusus.
Tahap perancangan adalah tahap merancang prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini dapat dimulai setelah tujuan pembelajaran khusus ditetapkan. Pemilihan media dan format perangkat pembelajaran dan produksi versi awal pembelajaran merupakan kegiatan utama tahap ini.
Tahap ini telah menghasilkan dua kegiatan utama yaitu tes untuk melihat ketercapaian tujuan dan desain awal perangkat pembelajaran yaitu Perangkat pembelajaran materi permainan dan olahraga beregu bola besar lanjutan Keseluruhan perangkat pembelajaran tersebut dilengkapi dengan instrumen validasi dan ujicoba terbatas.
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan draf perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan masukan para penelaah, tahap ini terdiri dari empat langkah,yakni (1) validasi perangkat, (2) revisi I, (3) Ujicoba I, (4) revisi II
Validasi dilakukan oleh penelaah. Dalam memvalidasi, penelaah sekaligus diminta untuk memberi masukan atas perangkat itu dengan cara menuliskan pada Instrumen 1a, 2a, dan 3a. Berdasarkan masukan itu dilakukan revisi atas draf I dan menghasilkan draf II.
Langkah berikutnya adalah melakukan ujicoba I terhadap draf II. Ujicoba I dilaksanakan di SMPN 3 Surabaya terhadap 20 siswa mereka diminta untuk memahami perangkat pembelajaran yang mereka gunakan yaitu buku siswa hasil validasi siswa diminta untuk dituliskan pada Instrumen 4.

E. Analisis Data
Data hasil validasi perangkat pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh dari hasil validasi pakar (dosen), guru, dan siswa.



BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil penilaian Dosen dan guru tentang perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
A. Deskripsi Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran
1. Buku Siswa
Buku Siswa yang telah dikembangkan selanjutnya ditelaah oleh dosen dan guru dan hasilnya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Penelaahan Buku Siswa
NO ASPEK YANG DINILAI SKALA PENILAIAN
Keterangan
1 2 3 4 5
1. Komponen Buku Siswa
a. Peta Konsep 4
b. Tujuan 3
c. Mengkaitkan dengan materi terdahulu 3
d. Ilustrasi dan gambar berkaitan dengan lingkungan siswa 3
e. Soal/Tugas latihan 4
f. Rangkuman 4
g. Daftar pustaka 4
2. Penulisan Buku Siswa
a. Kebenaran konsep. 4
b. Kemutakhiran isi. 4
c. Membangkitkan motivasi/minat/rasa ingin tahu. 4
d. Sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca siswa. 4
e. Mendorong siswa terlibat aktif. 4
f. Keterbacaan bahasa atau bahasa yang digunakan sesuai dengan usia siswa. 3
g. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4
h. Istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami. 4
i Buku disertai ilustrasi, diagram, grafik, dan gambar yang bermutu. 4
j. Ilustrasi atau gambar menggunakan tata letak yang efektif. 4
k. Menggunakan istilah dan simbol secara ajeg. 4
l. Buku siswa ini dapat digunakan sebagai pedoman baik bagi siswa maupun guru dalam kegiatan belajar-mengajar. 4
Jumlah 12 60
% 16,6 83,3

Keterangan:
1. Tidak baik
2. Kurang baik
3. Cukup baik
4. Baik
5. Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penilaian dari penilai bahwa buku siswa berkisar antara cukup baik- baik, artinya buku ini jika dilihat dari komponen buku siswa dan penulisan buku siswa diperoleh skor 12 untuk kategori cukup, skor 60 untuk kategori baik. Komponen Buku Siswa ini meliputi: peta konsep, tujuan, mengkaitkan dengan materi terdahulu, ilustrasi dan gambar berkaitan dengan lingkungan siswa, soal/tugas latihan, rangkuman, dan daftar pustaka. Penulisan Buku Siswa meliputi komponen: Kebenaran konsep, kemutakhiran isi, membangkitkan motivasi/minat/rasa ingin tahu, Sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan membaca siswa, Mendorong siswa terlibat aktif, Keterbacaan bahasa atau bahasa yang digunakan sesuai dengan usia siswa, Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, Istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami, Buku disertai ilustrasi, diagram, grafik, dan gambar yang bermutu, Ilustrasi atau gambar menggunakan tata letak yang efektif, Menggunakan istilah dan simbol secara ajeg, dan Buku siswa ini dapat digunakan sebagai pedoman baik bagi siswa maupun guru dalam kegiatan belajar-mengajar.
Persentase yang diperoleh dari penilaian dosen dan guru adalah 16,6% menyatakan bahwa buku siswa yang dikembangkan cukup, 83,3% menyatakan baik.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tabel 4.2
HASIL PENILAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN OLEH DOSEN DAN GURU
No Aspek yang dinilai penilaian
1 Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/ RPP
a. Identitas sekolah 3,00
b. Alokasi waktu sesuai tuntutan kurikulum 3,50
c. Standart Kompetensi (SK) sesuai kurikulum 3,25
d. Kompetensi Dasar (KD) sesuai kurikulum 3,50
e. Indikator merupakan penjabaran KD dituliskan secara operasional 3,25
f. Tujuan pembelajaran sesuai indikator dan dituliskan secara operasional 3,00
g. Materi pembelajaran sesuai SK/KD 3,25
h. Metode pembelajaran sesuai karakteristik materi 3,50
i. Alat dan Sumber belajar menunjang kegiatan pembelajaran 3,50
Rata-rata 3,31

Keterangan :1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Sangat baik
Berdasarkan hasil penilaian validator yang tercantum pada Tabel 4.2, tampak bahwa rata-rata komponen RPP dinilai baik oleh validator dengan skor 3,31. Komponen RPP tersebut meliputi: identitas sekolah, alokasi waktu sesuai tuntutan kurikulum , Standart Kompetensi (SK) sesuai kurikulum, Kompetensi Dasar (KD) sesuai kurikulum, indikator merupakan penjabaran KD dituliskan secara operasional, tujuan pembelajaran sesuai indikator dan dituliskan secara operasional, Materi pembelajaran sesuai SK/KD, metode pembelajaran sesuai karakteristik materi, dan alat dan sumber belajar menunjang kegiatan pembelajaran




Deskripsi Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran oleh Siswa

Tabel 4.3
HASIL PENILAIAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
OLEH SISWA

Aspek yang dinilai Ada Tidak Ada Skala Penilaian
1 2 3 4
1. Penjabaran Konsep
a. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan
b. Keterbacaan bahasa
c. Kesesuaian gambar dengan materi
20

20
20
-

-
-
-

-
-
3

-
-
10

15
10
7

5
10
2. Penampilan perangkat pembelajaran
a. Kualitas seni grafik dan gambar
b. Tata letak

20

20

-

-

-

-

-

-

18

17

2

3
3. Penilaian Umum
Perangkat pembelajaran ini
20
-
-
-
19
1
Jumlah 0 3 89 28
% 0 2,5 74,16 23,33
Keterangan :1 = Kurang; 2 = Cukup; 3 = Baik; 4 = Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa mengatakan semua komponen dalam perangkat pembelajaran semua ada. Semua komponen perangkat dinilai oleh siswa dengan persentase 2,5 % menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan cukup baik, 74,16 % menyatakan baik, dan 23,33% menyatakan sangat baik.
Berdasarkan Tabel 4.3 juga dapat dikatakan bahwa secara umum perangkat pembelajaran ini baik dan layak untuk digunakan sebagai contoh pembelajaran. Komponen Perangkat pembelajaran yang dinyatakan baik oleh siswa ini adalah dari sisi penjabaran konsep yang dinilai baik oleh mahasiswa adalah kesesuaian antara bahan ajar dengan tujuan, keterbacaan bahasa, dan kesesuaian gambar dengan materi.Dari penampilan perangkat pembelajaran yang dinilai baik oleh mahasiswa adalah kualitas seni grafik dan gambar serta tata letak.




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil validasi pada dosen, guru, dan siswa, ternyata perangkat pembelajaran dinyatakan layak untuk digunakan sebagai bahan ajar di sekolah.
Sesuai dengan hasil penilaian hampir semua validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut baik untuk digunakan di kelas. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari silabus dan RPP di dalamnya dilengkapi dengan Buku siswa, penilaian dan kunci penilaian.
B. Saran
Validasi ini juga masih terdapat kelemahan yaitu: validasi ini belum dapat melihat keseluruhan perangkat pembelajaran untuk kelas VIII, juga belum dilengkapi dengan lembar kegiatan siswa. Sehingga perangkat pembelajaran ini masih harus dilengkapi dan diujicobakan secara utuh di kelas.





























DAFTAR PUSTAKA

Alberti, Charles E dan McCartney, Chaterine E. 1997. Study Guide forSlavin Educational Psycology: Theory and Practice. Fifth Editioan. Boston: Allyn and Bacon Publishers.

Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc
Graw-Hill

Daniel, L. Edward P.O., Alton B., 1995. Life Science. Ohio: Glencoe Macmillan/McGraw-Hill Company.

Daniel, Lucy et al. 1995. Life Science. New York: Mc-Graw-Hill GLENCOE

Depdiknas. 2006. Pedoman Pengembangan Penilaian. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Nasional.

Dokumen Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Santoso, Begot. 2005. Biologi dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca Exact

Slavin, Robert E. 1997. Cooperative Learning. Second Edition. United States of
America: A Simon and Chuster

Thiagarajan, S., Dorothy, S., Semmel, dan Melvyn, I. Semmel. 1974. Instructional
Development for Training Teacher of Exceptional Children. Source
Bllomington: Center for Innovation on Teaching The Handicapped.

Woolfolk, Anita E. 1995.Educational Psychology. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon Publisher.












Drs. Sudarso M.Pd
Dosen Jur.Pendidikan Olahraga FIK
Universitas negeri Surabaya,